Tuesday, October 19, 2010
Monday, October 4, 2010
Renungan (apa salah gaul?)
Udah lama bikin puisi, pengen banget sih bikin, tapi gak ada inspirasi.
Padahal dulu sehari bisa bikin 2-3 puisi.
Mau bocorin rahasia sedikit, sebenarnya inspirasi itu adalah kamu.
Saya pernah baca di perahu kertas, dimana saat seorang pelukis gak punya inspirasi sama sekali, Sebenarnya dia hanya kehilangan bintangnya.
Tidak, bukan hilang, sang pelukis tersebut hanya tidak bisa melihat bintangnya, awan-awan itu menutupinya, menutup bintangnya, inspirasinya.
Kamu adalah bintang, inspirasiku dalam menulis puisi, dalam menjalani dan menjalani hidup.
Perasaanku padamu yang meluap-luap, rindu yang mengiris-iris egoku, pesonamu, diammu, kamu, menceritakan segalanya.
Cerita tentang aku, kamu, kita.
Kamu memberiku mimpi, semangat, semangat untuk bermimpi.
Kamu memberiku mimpi, mimpi untuk menjalani sisa hidup bersamamu.
Kamu memberiku kesempatan, kesempatan untuk jatuh cinta, untuk merindu, untuk sakit hati.
Kamu memberiku nyali, untuk menuliskan beberapa puisi-cinta-anak-gadis-labil, untuk menampakan sedikit saja perasaanku ke permukaan.
Sekarang, saat bintang tak mampu lagi bercerita.
Saat Semesta menolak memberikan kisah.
Saat awan berarak, menutupi bintangku.
Disini aku sendirian, meringis menatap langit.
Bertanya kenapa harus begitu tergantung padamu?
Lalu aku menatap layar, dan terkekeh.
Apa yang sudah kutulis barusan?
Padahal dulu sehari bisa bikin 2-3 puisi.
Mau bocorin rahasia sedikit, sebenarnya inspirasi itu adalah kamu.
Saya pernah baca di perahu kertas, dimana saat seorang pelukis gak punya inspirasi sama sekali, Sebenarnya dia hanya kehilangan bintangnya.
Tidak, bukan hilang, sang pelukis tersebut hanya tidak bisa melihat bintangnya, awan-awan itu menutupinya, menutup bintangnya, inspirasinya.
Kamu adalah bintang, inspirasiku dalam menulis puisi, dalam menjalani dan menjalani hidup.
Perasaanku padamu yang meluap-luap, rindu yang mengiris-iris egoku, pesonamu, diammu, kamu, menceritakan segalanya.
Cerita tentang aku, kamu, kita.
Kamu memberiku mimpi, semangat, semangat untuk bermimpi.
Kamu memberiku mimpi, mimpi untuk menjalani sisa hidup bersamamu.
Kamu memberiku kesempatan, kesempatan untuk jatuh cinta, untuk merindu, untuk sakit hati.
Kamu memberiku nyali, untuk menuliskan beberapa puisi-cinta-anak-gadis-labil, untuk menampakan sedikit saja perasaanku ke permukaan.
Sekarang, saat bintang tak mampu lagi bercerita.
Saat Semesta menolak memberikan kisah.
Saat awan berarak, menutupi bintangku.
Disini aku sendirian, meringis menatap langit.
Bertanya kenapa harus begitu tergantung padamu?
Lalu aku menatap layar, dan terkekeh.
Apa yang sudah kutulis barusan?
Sunday, October 3, 2010
Takumi
Subscribe to:
Posts (Atom)